Laa Tahzan, Berbeda Itu Istimewa
Di upload oleh admin - 08 Aug 2023
428 views

Laa Tahzan, Berbeda Itu Istimewa

thumbnail

Laa Tahzan, Berbeda Itu Istimewa

 

Dr. James Gordon Gilkey mengatakan, “Permasalahan ingin menjadi diri sendiri adalah sesuatu yang sudah tua, setua sejarah dan sangat umum sekali seperti kehidupan manusia. Seperti halnya permasalahan ingin tidak inginnya menjadi diri sendiri, ini juga menjadi sumber yang banyak menimbulkan permasalahan psikologis.”

 

Adapun pendapat lain yang mengatakan, “Anda dalam penciptaan ini adalah sesuatu yang lain, yang tidak seorang pun menyerupai Anda, dan sebaliknya, Anda juga tidak menyerupai seorangpun. Sebab Dzat Sang Pencipta telah membedakan masing-masing di antara makhluk.”

 

Seorang penulispun yang bernama Angelo Battero telah menulis artikel tentang mendidik anak. Katanya, “Tidak ada orang yang paling menderita melebihi orang yang tumbuh tidak menjadi dirinya sendiri, tumbuh tidak menjadi jasadnya sendiri, dan tidak menjadi pikirannya sendiri.”

 

Dari pendapat tersebut, seharusnya kita bisa memetik pembelajaran bahwa siapapun kita harus selalu memiliki alasan untuk selalu hidup menjadi diri sendiri yang apa adanya, tanpa hasrat sedikitpun punya keinginan menjadi orang lain.

 

Karena kita istimewa dengan beragamnya keunikan yang dimiliki, yang tentunya membedakan dari orang lain.

 

Kalaupun banyak sekali kata-kata yang mungkin menyayat hati dan menggunjing kita karena saking berbedanya kita dari pada oranglain, itupun seharusnya tak meruntuhkan kepercayaan diri kita.

Karena apa yang sudah Allah kasih untuk setiap orang pasti takarannya pas menurut-Nya, makanya kita harus pandai bersyukur dalam menerima kurang dan lebihnya kita sebagai bentuk karunia dari Allah swt yang paling terbaik.

 

Kalau ada yang menyakitkan, tunduklah dan jangan dibiarkan masuk ke dalam hati ataupun pikiran, agar tidak lelah. Karena Setiap orang memiliki sifat, watak, serta potensinya sendiri. Maka dari itu, seseorang tak boleh melebur ke dalam kepribadian orang lain.

 

Referensi : Dr. ‘Aidh al-Qarni, Jangan Bersedih, Qisthi Press, Jakarta, 2013