Laa
Tahzan, Berbeda Itu Istimewa
Dr.
James Gordon Gilkey mengatakan, “Permasalahan ingin menjadi diri sendiri adalah
sesuatu yang sudah tua, setua sejarah dan sangat umum sekali seperti kehidupan
manusia. Seperti halnya permasalahan ingin tidak inginnya menjadi diri sendiri,
ini juga menjadi sumber yang banyak menimbulkan permasalahan psikologis.”
Adapun
pendapat lain yang mengatakan, “Anda dalam penciptaan ini adalah sesuatu yang
lain, yang tidak seorang pun menyerupai Anda, dan sebaliknya, Anda juga tidak
menyerupai seorangpun. Sebab Dzat Sang Pencipta telah membedakan masing-masing
di antara makhluk.”
Seorang
penulispun yang bernama Angelo Battero telah menulis artikel tentang mendidik
anak. Katanya, “Tidak ada orang yang paling menderita melebihi orang yang
tumbuh tidak menjadi dirinya sendiri, tumbuh tidak menjadi jasadnya sendiri,
dan tidak menjadi pikirannya sendiri.”
Dari
pendapat tersebut, seharusnya kita bisa memetik pembelajaran bahwa siapapun
kita harus selalu memiliki alasan untuk selalu hidup menjadi diri sendiri yang
apa adanya, tanpa hasrat sedikitpun punya keinginan menjadi orang lain.
Karena
kita istimewa dengan beragamnya keunikan yang dimiliki, yang tentunya
membedakan dari orang lain.
Kalaupun
banyak sekali kata-kata yang mungkin menyayat hati dan menggunjing kita karena
saking berbedanya kita dari pada oranglain, itupun seharusnya tak meruntuhkan
kepercayaan diri kita.
Karena
apa yang sudah Allah kasih untuk setiap orang pasti takarannya pas menurut-Nya,
makanya kita harus pandai bersyukur dalam menerima kurang dan lebihnya kita
sebagai bentuk karunia dari Allah swt yang paling terbaik.
Kalau
ada yang menyakitkan, tunduklah dan jangan dibiarkan masuk ke dalam hati ataupun
pikiran, agar tidak lelah. Karena Setiap orang memiliki sifat, watak, serta
potensinya sendiri. Maka dari itu, seseorang tak boleh melebur ke dalam
kepribadian orang lain.
Referensi
: Dr. ‘Aidh al-Qarni, Jangan Bersedih, Qisthi Press, Jakarta, 2013