Hemat bukan hanya soal menabung atau tidak boros, tapi lebih dari itu, hemat adalah bentuk pengelolaan hidup yang penuh kesadaran dan keberkahan. Dalam Islam, hidup hemat diajarkan sebagai jalan menuju qana’ah (merasa cukup) dan ridha terhadap apa yang Allah beri. Rasulullah SAW adalah sosok teladan dalam kesederhanaan. Meski beliau adalah manusia paling mulia dan memiliki akses terhadap kekayaan, beliau memilih hidup yang sederhana dan hemat.
Sikap hemat Rasulullah bukan karena kekurangan, tapi karena keimanan. Beliau mengajarkan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan sementara, bukan tujuan utama. Hidup sederhana membuat hati lebih tenang, pikiran lebih lapang, dan kita lebih mampu menolong sesama dengan rezeki yang dimiliki. Hidup hemat juga menjaga kita dari sikap tamak, iri, dan terburu-buru dalam urusan dunia.
Dalam keseharian, Rasulullah menunjukkan banyak contoh hidup hemat, bahkan dalam hal-hal kecil. Beliau tidak pernah berlebihan dalam makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Meskipun bisa hidup mewah, beliau lebih memilih menggunakan apa yang ada dan menghindari pemborosan. Sederhana, tapi penuh makna.
Berikut beberapa kebiasaan hemat Rasulullah yang bisa kita teladani:
1. Makan secukupnya dan tidak berlebihan
Rasulullah makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang. Beliau bersabda, “Tidak ada wadah yang lebih buruk yang diisi oleh manusia selain perutnya...” (HR. Tirmidzi)
2. Menghemat air meskipun sedang banyak
Saat berwudhu, Rasulullah menggunakan air secukupnya, bahkan ketika berwudhu di sungai sekalipun.
3. Berpakaian sederhana namun bersih
Rasulullah mengenakan pakaian sederhana yang tidak mencolok. Baginya, kebersihan dan kerapian lebih penting dari harga atau merek.
4. Tidak menumpuk harta
Beliau hanya mengambil secukupnya untuk kebutuhan harian. Selebihnya digunakan untuk sedekah dan membantu orang lain.
5. Menghindari gaya hidup konsumtif
Rasulullah tidak mengikuti tren atau kemewahan zaman, melainkan hidup sesuai kebutuhan dan tujuan hidup akhirat.
Meneladani Rasulullah dalam hidup hemat tidak berarti kita hidup serba kekurangan. Justru, ini adalah kunci hidup penuh berkah. Dengan mengatur keuangan dan gaya hidup secara bijak, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang lebih besar: amal, ibadah, dan kontribusi kepada umat. Mari mulai dari diri sendiri dan keluarga, agar kita bisa menjadi bagian dari generasi yang bijak dalam mengelola nikmat Allah.
Jabar Erat
Itqan Peduli