Israel menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi terkait gencatan senjata tahap kedua di Jalur Gaza, dengan syarat Hamas harus meninggalkan wilayah tersebut. Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menegaskan bahwa penarikan penuh pasukan Hamas menjadi prasyarat utama. “Kami tidak akan menerima keberadaan Hamas atau kelompok teroris lainnya di Gaza,” ujar Saar pada Selasa (18/2/2025), seperti dikutip dari The Jerusalem Post.
Seharusnya, negosiasi tahap kedua dimulai pada 2 Februari, namun menurut mediator dari Qatar, perundingan tersebut belum resmi dimulai. Saar menyebutkan bahwa perundingan akan berlangsung dalam minggu ini. Ia juga menyatakan bahwa gencatan senjata dapat diperpanjang jika diskusi berjalan konstruktif. Rencana awal menyebutkan bahwa gencatan senjata tahap kedua akan berlangsung selama enam pekan. “Jika ada dialog yang positif dengan kemungkinan kesepakatan lebih lanjut, kami akan memperpanjang periode ini,” tambahnya.
Menurut laporan Hindustan Times, Saar menolak skenario gencatan senjata seperti di Lebanon, di mana Hizbullah masih melakukan serangan. Ia menegaskan bahwa pelucutan senjata total menjadi satu-satunya solusi.
Terkait rencana relokasi warga Gaza, Saar mengakui adanya alternatif yang diajukan oleh beberapa negara Arab, dan usulan tersebut sedang dipertimbangkan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Namun, ia menolak gagasan peralihan pemerintahan sipil di Gaza dari Hamas ke Otoritas Palestina.
Dalam perkembangan terbaru, Hamas dikabarkan akan membebaskan enam sandera Israel pada Sabtu ini, sementara empat jenazah akan dikembalikan kepada keluarga mereka pada Kamis. Israel menyebut bahwa empat sandera yang tewas kemungkinan akan dibebaskan minggu depan sesuai kesepakatan gencatan senjata, seperti dilansir ABC News pada Selasa.
Pekan lalu, Hamas mengancam tidak akan melepaskan sandera selama akhir pekan karena menuduh Israel melanggar janji gencatan senjata, termasuk menghambat kembalinya warga Gaza ke wilayah mereka serta menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan. Namun, pembebasan akhirnya tetap berjalan sesuai jadwal setelah adanya mediasi. Pada Sabtu lalu, Hamas membebaskan tiga sandera dengan imbalan 369 tahanan Palestina.
Juru bicara sayap militer Hamas, Abu Obaidah, menuding Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan tetap melancarkan serangan terhadap warga Palestina. Pada Minggu, Israel meluncurkan serangan drone di Gaza Selatan, menewaskan tiga anggota Hamas. Israel mengklaim bahwa serangan itu adalah peringatan, karena target diduga bergerak ke utara melewati zona yang tidak diperbolehkan, sehingga dianggap sebagai pelanggaran gencatan senjata. Hamas mengutuk serangan ini, dengan menyatakan bahwa pasukan yang menjadi target sedang bertugas mengawal masuknya bantuan kemanusiaan.
"Serangan berulang yang dilakukan oleh drone Zionis pagi ini di sebelah timur Rafah, yang menargetkan elemen keamanan yang bertugas mengamankan distribusi bantuan, merupakan pelanggaran serius terhadap perjanjian gencatan senjata," kata Hamas, sebagaimana dilaporkan Times of Israel.
Saat ini, sebagian besar pasukan Israel telah ditarik dari wilayah Jalur Gaza, termasuk dari Koridor Netzarim. Namun, pasukan masih ditempatkan di Koridor Philadelphi yang berbatasan dengan Mesir.
Jabar erat
itqan peduli
Sumber: idntimes.com