Di tengah reruntuhan rumah yang hancur lebur, seorang anak perempuan berusia 7 tahun bernama Aisha berjalan sejauh 3 kilometer setiap pagi dengan ember plastik retak di tangannya. Ia harus antre berjam-jam di bawah terik matahari hanya untuk mendapatkan 5 liter air keruh dari truk bantuan. Air itu akan dipakai untuk minum, memasak, dan membersihkan luka ayahnya yang tertembak peluru Israel. "Aku takut air ini membuat adikku sakit lagi, tapi kami tidak punya pilihan," bisiknya sambil menahan tangis.
Kisah Aisha adalah gambaran nyata dari penderitaan 545.000 warga Palestina yang terpaksa kembali ke Gaza Utara setelah gencatan senjata. Mereka hidup di antara puing-puing, tanpa listrik, tanpa sanitasi, dan hanya mengandalkan truk air yang datang tak menentu. Bayangkan: seorang ibu harus memilih antara memberi anaknya air kotor atau membiarkan mereka kehausan.
Kabar Terkini:
1. Air Terkontaminasi dan Wabah Penyakit
Lebih dari 70% penduduk Gaza mengonsumsi air yang tercemar limbah dan bakteri akibat infrastruktur yang hancur. Anak-anak seperti adik Aisha menderita diare akut, kudis, dan infeksi kulit akibat air tak layak.
2. Bantuan Tak Sampai ke Daerah Terparah
Kamp pengungsi Jabaliya dan kota Beit Hanoun di Gaza Utara menjadi lokasi paling kritis. Truk bantuan sering dihambat oleh reruntuhan atau konflik bersenjata. Padahal, 900 truk bantuan yang masuk ke Gaza hanya cukup untuk sebagian kecil kebutuhan.
3. Penolakan Relokasi: Bertahan di Tengah Neraka
Presiden AS Donald Trump mendesak warga Gaza pindah, tetapi mereka menolak. "Lebih baik kami makan puing daripada meninggalkan tanah air," kata Amir Karaja, seorang ayah yang rumahnya rata dengan tanah. Mereka memilih bertahan, meski harus meminum air berlumpur.
4. Korban Jiwa yang Terus Bertambah
Sejak Oktober 2023, 47.500 warga Palestina tewas, termasuk ribuan anak-anak. Mayat-mayat yang membusuk di reruntuhan semakin mencemari sumber air.
5. Penjara Bawah Tanah: Tak Ada Air untuk Tahanan
Tahanan Palestina yang dibebaskan Israel dalam kondisi kritis akibat siksaan dan kelaparan. Mereka dipaksa minum air tak layak selama berbulan-bulan di penjara.
Mengapa Donasi Anda Sangat Dibutuhkan?
Setiap donasi akan dialokasikan untuk:
1. Pembangunan Sumur Darurat di kamp pengungsi Jabaliya dan Beit Hanoun.
2. Distribusi Filter Air Portabel untuk keluarga yang tak terjangkau truk bantuan.
3. Pengiriman Truk Air Bersih ke daerah terisolasi.
4. Dukungan Medis bagi korban penyakit akibat air terkontaminasi.
"Air adalah hak dasar setiap manusia. Di Gaza, setetes air bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati. Jangan biarkan Aisha dan ribuan anak lainnya terus menangis kehausan. Bantu kami mengubah air mata mereka menjadi harapan."
Donasi Sekarang!
Di tengah reruntuhan rumah yang hancur lebur, seorang anak perempuan berusia 7 tahun bernama Aisha berjalan sejauh 3 kilometer setiap pagi dengan ember plastik retak di tangannya. Ia harus antre berjam-jam di bawah terik matahari hanya untuk mendapatkan 5 liter air keruh dari truk bantuan. Air itu akan dipakai untuk minum, memasak, dan membersihkan luka ayahnya yang tertembak peluru Israel. "Aku takut air ini membuat adikku sakit lagi, tapi kami tidak punya pilihan," bisiknya sambil menahan tangis.
Kisah Aisha adalah gambaran nyata dari penderitaan 545.000 warga Palestina yang terpaksa kembali ke Gaza Utara setelah gencatan senjata. Mereka hidup di antara puing-puing, tanpa listrik, tanpa sanitasi, dan hanya mengandalkan truk air yang datang tak menentu. Bayangkan: seorang ibu harus memilih antara memberi anaknya air kotor atau membiarkan mereka kehausan.
Kabar Terkini:
1. Air Terkontaminasi dan Wabah Penyakit
Lebih dari 70% penduduk Gaza mengonsumsi air yang tercemar limbah dan bakteri akibat infrastruktur yang hancur. Anak-anak seperti adik Aisha menderita diare akut, kudis, dan infeksi kulit akibat air tak layak.
2. Bantuan Tak Sampai ke Daerah Terparah
Kamp pengungsi Jabaliya dan kota Beit Hanoun di Gaza Utara menjadi lokasi paling kritis. Truk bantuan sering dihambat oleh reruntuhan atau konflik bersenjata. Padahal, 900 truk bantuan yang masuk ke Gaza hanya cukup untuk sebagian kecil kebutuhan.
3. Penolakan Relokasi: Bertahan di Tengah Neraka
Presiden AS Donald Trump mendesak warga Gaza pindah, tetapi mereka menolak. "Lebih baik kami makan puing daripada meninggalkan tanah air," kata Amir Karaja, seorang ayah yang rumahnya rata dengan tanah. Mereka memilih bertahan, meski harus meminum air berlumpur.
4. Korban Jiwa yang Terus Bertambah
Sejak Oktober 2023, 47.500 warga Palestina tewas, termasuk ribuan anak-anak. Mayat-mayat yang membusuk di reruntuhan semakin mencemari sumber air.
5. Penjara Bawah Tanah: Tak Ada Air untuk Tahanan
Tahanan Palestina yang dibebaskan Israel dalam kondisi kritis akibat siksaan dan kelaparan. Mereka dipaksa minum air tak layak selama berbulan-bulan di penjara.
Mengapa Donasi Anda Sangat Dibutuhkan?
Setiap donasi akan dialokasikan untuk:
1. Pembangunan Sumur Darurat di kamp pengungsi Jabaliya dan Beit Hanoun.
2. Distribusi Filter Air Portabel untuk keluarga yang tak terjangkau truk bantuan.
3. Pengiriman Truk Air Bersih ke daerah terisolasi.
4. Dukungan Medis bagi korban penyakit akibat air terkontaminasi.
"Air adalah hak dasar setiap manusia. Di Gaza, setetes air bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati. Jangan biarkan Aisha dan ribuan anak lainnya terus menangis kehausan. Bantu kami mengubah air mata mereka menjadi harapan."
Donasi Sekarang!